MENU

Tips Menghindari Kejang Ketika Demam Tinggi Bagi Penderita Epilepsi

25/09/2024
Rate this post

Tempat terapi saraf kejepit bekasi dan bintaro - Demam tinggi sering kali menjadi penyebab kekhawatiran, terutama bagi orang tua yang anaknya menderita epilepsi. Peningkatan suhu tubuh yang signifikan dapat memicu kejang demam, kondisi yang sangat menegangkan, baik bagi anak maupun orang tua. Meskipun tidak semua anak yang mengalami demam akan mengalami kejang, bagi anak dengan riwayat epilepsi, risiko kejang menjadi lebih tinggi. Namun, dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kejang akibat demam bisa diminimalisir. Nah bagaimana cara menghindari kejang ketika demam tinggi? Berikut beberapa tipsnya

1. Pemberian Obat Penurun Panas

Langkah pertama dan paling penting dalam mencegah kejang akibat demam adalah dengan menurunkan suhu tubuh anak. Cara paling efektif adalah dengan memberikan obat penurun panas. Namun sebaiknya konsultasi lebih dulu dengan dokter untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat.

2. Kompres Hangat

Selain pemberian obat, salah satu cara yang cukup efektif dan alami untuk menurunkan suhu tubuh anak adalah dengan memberikan kompres hangat. Mungkin terdengar kontradiktif, mengapa kompres yang hangat dan bukannya dingin? Jawabannya adalah karena kompres dingin justru dapat menyebabkan tubuh anak menggigil, yang pada akhirnya malah akan meningkatkan suhu tubuhnya lebih lanjut.

Kompres hangat bisa ditempatkan pada bagian dahi, lipatan siku, dan ketiak anak. Bagian-bagian ini merupakan area yang sensitif terhadap perubahan suhu sehingga efektif dalam membantu menurunkan panas. Selain itu, kompres hangat juga membantu menjaga kenyamanan anak selama demam berlangsung. Proses ini dapat diulangi beberapa kali sehari, terutama saat suhu tubuh anak mulai meningkat.

3. Berikan Cairan yang Cukup

Dehidrasi dapat memperburuk kondisi demam dan meningkatkan risiko kejang, khususnya pada anak dengan epilepsi. Oleh karena itu, menjaga anak tetap terhidrasi merupakan langkah pencegahan yang sangat penting. Pastikan anak mengonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup selama demam.

Air membantu tubuh mendinginkan diri melalui proses alami, yaitu buang air kecil dan keringat. Selain itu, konsumsi cairan yang cukup juga membantu mempercepat pemulihan anak dari demam. Jika anak sulit minum air putih, ibu bisa memberikan jus buah yang mengandung vitamin, atau kuah kaldu yang ringan untuk menjaga asupan cairan tetap terjaga.

4. Pantau Suhu Tubuh dengan Termometer

Salah satu langkah preventif yang tidak boleh dilewatkan adalah pemantauan suhu tubuh secara teratur. Memiliki satu atau dua buah termometer di rumah adalah langkah cerdas untuk memastikan suhu tubuh anak tetap terkontrol. Gunakan termometer untuk memeriksa suhu tubuh anak setiap beberapa jam sekali, terutama saat anak mulai menunjukkan tanda-tanda demam.

Jika suhu tubuh anak melebihi 38 derajat Celsius, segera lakukan tindakan seperti pemberian obat penurun panas atau kompres hangat. Dengan melakukan pemantauan yang rutin, ibu bisa mencegah kenaikan suhu yang berlebihan, sehingga risiko kejang demam dapat ditekan.

Baca juga Tips Menghindari Risiko Epilepsi yang Perlu Kamu Ketahui

5. Segera Bawa ke Rumah Sakit Jika Kejang Berlangsung Lama

Kejang demam yang berlangsung lebih dari beberapa menit bisa menjadi tanda bahwa anak membutuhkan perawatan medis lebih lanjut. Meskipun kejang demam biasanya berhenti dengan sendirinya dalam beberapa menit, ada kalanya kejang bisa berlangsung lebih lama, terutama pada anak dengan epilepsi. Jika hal ini terjadi, jangan tunda untuk membawa anak ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Di rumah sakit, dokter bisa memberikan perawatan yang lebih intensif untuk menstabilkan kondisi anak. Biasanya, mereka akan memantau suhu tubuh dan memberikan obat anti kejang jika diperlukan. Penting juga untuk mencatat durasi dan frekuensi kejang yang terjadi, karena informasi ini akan membantu dokter dalam menentukan langkah penanganan yang tepat.

ARTIKEL TERKAIT
16/10/2024
Apa Penyebab Anak Terlambat Berjalan?

Terapi anak autis di bekasi dan bintaro - Perkembangan fisik dan motorik setiap anak memang berbeda-beda. Salah satu fase penting dalam tumbuh kembang mereka adalah berjalan. Umumnya, anak mulai berjalan di usia 12 hingga 18 bulan. Namun, ada juga anak yang terlambat mencapai tahap ini. Jika anak Anda belum bisa berjalan sesuai dengan usia rata-rata, […]

16/10/2024
Ciri-Ciri Anak Terlambat Berjalan

Terapi anak autis di bekasi dan bintaro - Setiap anak memiliki laju tumbuh kembang yang berbeda-beda. Namun, sebagai orang tua, penting untuk mengetahui kapan seharusnya anak mencapai milestone tertentu, seperti berjalan.  Keterlambatan berjalan pada anak memang bisa terjadi, namun ada beberapa tanda yang harus diwaspadai. Berikut adalah ciri-ciri anak yang mungkin mengalami keterlambatan dalam berjalan […]

12/10/2024
Autisme dengan Sindrom Asperger, Apakah Sama? Simak Penjelasannya

Tempat terapi sakit jantung bekasi dan bintaro - Ketika mendengar istilah "autisme" dan "sindrom Asperger," banyak orang mungkin bertanya-tanya apakah keduanya merupakan hal yang sama atau ada perbedaan antara keduanya.  Meskipun sindrom Asperger dulunya dianggap sebagai bagian dari spektrum autisme, ada beberapa perbedaan penting yang membedakan kedua kondisi ini. Nah apa saja perbedaan dari keduanya? […]

12/10/2024
Mengenali Gejala Sindrom Asperger pada Anak dan Langkah Penanganannya

Tempat terapi sakit jantung bekasi dan bintaro - Mengenali gejala sindrom Asperger pada anak sejak dini sangatlah penting agar mereka bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Sindrom Asperger termasuk dalam spektrum autisme yang mempengaruhi perkembangan sosial, perilaku, dan komunikasi anak.  Meskipun sindrom ini termasuk gangguan seumur hidup, dengan penanganan yang tepat, anak-anak yang terdiagnosis dapat belajar […]

Profil Terapis
Fitri Yanti, S.E, A.Ma.Ph, Akp
umi ana terapis medicalhacking.com
Herna M, Akp
M Fahri Nasution, Akp
Syukrina Nur Lailli Rahayu, A.Md.Kep, Akp.
Yudis Wiransyah, S.Kom, MTCNA, Akp
M. Supriadi Dayan Matondang, Akp.
Testimoni
Liputan Media
© RS Medical Hacking.com
WhatsApp